Review Film Inside Out: Belajar Mengenal Emosi

Aku deadliner lagii pemirsaaah. Baiklah, meskipun sudah lama nontonnya, tapi karena waktu itu jiwa perfeksionisnya muncul, berharap ada film yang lebih menarik dibahas, jadilah tidak jadi menulis review film ini. Namun, pada akhirnya karena kesibukan dan ujian hidup tiada akhir datang menerpa, kesempatan menonton film yang lain itu tidak datang. So, daripada tidak setor, mari syukuri apa yang ada saja. Lanjutt..

Oh iya, awalnya sejak tahu tema Tantangan Mamah Gajah Ngeblog bulan Juni yang tertulis di link ini adalah Film Keluarga, diri ini sudah berencana menulis sebuah Dorama Jepang berjudul Kazoku Game (Family Game). Sayangnya karena yang disuruh adalah film dan bukan serial maka niat itu saya urungkan. Meskipun serial drama itu benar-benar keren banget sih dah. Sesungguhnya dulu sekali saya sudah pernah menulis reviewnya, tetapi memang belum selesai karena saking semangatnya saya mau bercerita dan menganalisis secara detail tentang series tersebut. Bagian awal review saya tulis di sini. Gak apa-apa lah ya saya titip link di sini sebagai penyemangat melanjutkan review series Family Game.

Oke, selanjutnya berkat ide seorang member MGN yang menyarankan untuk menonton film Disney, saya jadi teringat dulu sekali waktu saya masih fresh graduate, kira-kira 6 tahun lalu. Waktu itu film ini baru akan dirilis dan saya sendiri sudah tertarik dan berniat ingin menontonnya. Namun, entah karena kesibukan dsb akhirnya saya tak pernah menonton film ini di bioskop. Hingga akhirnya kemarin saya menontonnya. Saya suka sekali. Ternyata Disney sudah menggaungkan tentang mental awareness sejak 6 tahun lalu yang mana justru sekarang baru ngehits karena pandemi membuat semua orang lebih melihat ke dalam dirinya. Oke, sekarang mari kita lanjut ke pembahasan filmnya. Ada yang bisa tebak film Disney apa yang membahas tentang mental awareness

Jawabannya adalaah... yaaaak... INSIDE OUT!

Wait.. wait.. kan udah ditulis di judul kan ya..

Kenapa harus main tebak-tebakan? Oke skip dah, lanjut ke pembahasan wkwkwkwk

SINOPSIS



Inside Out adalah film animasi dari Disney Pixar yang diproduseri oleh Jonas Rivera dan disutradarai oleh Pete DocterFilm yang dirilis pada tahun 2015 tersebut bercerita tentang cara kerja kelima emosi inti di kepala seorang anak 11 tahun bernama Riley. Kelima emosi inti itu adalah Joy (senang), Sadness (sedih), Anger (marah), Fear (takut), dan Disgust (jijik). 


Diceritakan pada awalnya, kelima emosi tersebut sudah bekerja di dalam kepala Riley sejak ia bayi. Tempat mereka bekerja disebut dengan Headquarter yang memiliki semacam panel kontrol emosi. Joy terlihat sebagai pemimpin yang mendominasi interpretasi Riley terhadap suatu kejadian sejak bayi. Namun, segalanya berubah sejak ia dan orang tuanya harus pindah ke San Fransisco karena urusan pekerjaan ayahnya. Di tempat baru itu ia merasa kacau, sedih, dan terasing karena ayahnya selalu sibuk urusan pekerjaan, rumah dan lingkungan barunya tak sebagus rumah lamanya, dan teman-temannya tidak seasyik teman-temannya dulu di Minesotta.

Di masa ini, panel kontrol emosi lebih banyak diambil alih oleh Sadness, Anger, Fear, dan Disgust. Pada saat itu, terjadi kekacauan di Headquarter kepala Riley hingga akhirnya Joy dan Sadness beserta seluruh memori inti terhisap memory tube hingga akhirnya terlempar ke long term memory-nya Riley. Kekacauan itu terjadi karena tiba-tiba Sadness memiliki dorongan untuk memegang memori inti Riley, tetapi sentuhannya malah membuat memori yang awalnya berwarna kuning menjadi biru. Di film ini diceritakan bahwa memori inti adalah memori yang berasal dari kejadian paling berkesan dalam hidup Riley. Memori inti ini memiliki warna sesuai emosi yang melingkupinya. Pada awalnya memori inti Riley seluruhnya berwarna kuning seperti warna Joy.

Headquarter yang kehilangan Joy dan Sadness membuat Riley hanya merasakan Anger, Fear, dan Disgust. Riley yang awalnya merupakan anak yang ceria dan bahagia menjadi murung dan hampir depresi. Perjalanan Joy dan Sadness kembali ke Headquarter sangat sulit karena harus melewati jalan panjang berliku di long term memory juga harus melewati pulau-pulau memori inti yang pada akhirnya satu persatu runtuh berjatuhan karena memori intinya tidak ada pada tempatnya di Headquarter. 

Semakin lama, kontrol emosi Riley semakin memburuk karena hanya dikontrol oleh Anger, Fear, dan Disgust. Riley menjadi anak yang melawan orang tua, berniat kabur dari rumah, bahkan sampai mencuri kartu kredit ibunya. Akibat dari Riley yang kabur adalah runtuhnya pulau keluarga dalam kepala Riley. Semua pulau sudah runtuh sekarang tandanya sudah tak ada lagi pegangan dalam hidup Riley. Panel pengendali emosi pun perlahan mulai menghitam tanda bahwa kini riley telah mati rasa, Riley tak bisa merasakan apapun lagi. Ini ciri dari depresi.

Masih berusaha kembali, Joy tak sengaja terperosok ke jurang pembuangan ingatan. Ia menyadari di satu memori Riley, ternyata setelah Riley bersedih karena tim hokinya kalah pertandingan, orang tua dan teman satu timnya yang datang menghibur ternyata membuat perasaan bahagia pada Riley. Kini Joy tahu bahwa rasa sedih itu hadir agar orang tahu bahwa Riley butuh dihibur dan akhirnya kembali senang dan semangat. Rasa sedih itu tidak buruk. Rasa sedih diperlukan sebagai bahan bakar penyemangat untuk bangkit. Setelah menyadari hal itu, Joy pun kembali bersemangat untuk berjuang.

Setelah perjuangan dan perjalanan panjang, Joy dan Sadness akhirnya berhasil kembali ke Headquarter. Riley saat itu sedang dalam perjalanan kaburnya naik bis ke Minesotta. Joy yang sadar akan temuannya, langsung meminta Sadness untuk mengambil alih panel yang sudah mati. Ternyata Sadness berhasil mengaktifkannya kembali. Riley akhirnya segera sadar dan langsung kembali pulang. Ia mendapati kedua orang tuanya khawatir akan keberadaannya yang sudah malam tetapi belum pulang ke rumah. Di sini Sadness disuruh untuk memutar ulang memori inti dengan sentuhannya. 

Riley menangis merasakan flashback ingatan di kepalanya. Riley berkata jujur tentang perasaannya dan orang tuanya pun memvalidasi perasaannya. Ayahnya berkata bahwa ia juga merindukan Minesotta. Kedua orang tuanya pun memeluknya. Riley menangis. Namun, pada saat yang bersamaan Joy disuruh menyentuh panel bersama dengan Sadness. Ini membuat Riley yang awalnya menangis sedih menjadi haru dan lega. Dari momen ini muncullah ingatan inti baru dengan warna bercampur antara kuning dan biru. Hal ini menunjukkan bahwa kita bisa mengalami suatu momen dengan perasaan yang bercampur, sedih sekaligus syukur, sedih sekaligus marah, bahagia sekaligus malu, dan sebagainya. Pada akhirnya Riley semakin bertumbuh dewasa dengan kesadaran mental yang lebih dewasa dan bervariasi. Headquarter memiliki panel yang lebih luas dan canggih. Pulau-pulau menjadi semakin bervariasi akibat dari memori inti yang memiliki campur emosi.

PEMBAHASAN

Yang saya suka dari film ini tentu adalah tentang mekanisme pengelolaan emosi di dalam otak manusia. Kelima emosi itu adalah peran-peran yang menentukan respon terhadap suatu kejadian. Kejadian yang sudah direspon itu kemudian memberikan kita timbal balik berupa ingatan yang warnanya sesuai dengan respon apa yang kita berikan saat kejadian. Ini sesuai dengan apa yang selama ini saya pelajari. Respon yang benar terhadap suatu impuls/kejadian akan membuat kita bahagia, sedangkan respon yang salah akan membuat kita menyesal dan terpuruk.

Selanjutnya, ingatan-ingatan di hari itu akan dikirim ke long term memory berupa suatu tempat yang sangat besar dengan banyak rak tinggi dan jalan berliku. Semua ingatan yang tercipta selama hidup akan disimpan di situ sampai waktu yang ditentukan dan jika ingatan itu tidak dipakai maka akan ada divisi yang membuang ingatan itu ke jurang penghapusan ingatan.

Selanjutnya, diceritakan bahwa semua emosi berperan penting dalam hidup Riley, semua sama, tak ada yang jelek. Fear dan Disgust berguna untuk berhati-hati pada suatu hal yang baru dan menghindarkan Riley dari bahaya, sedangkan Anger berguna untuk mempertahankan diri dan menunjukkan pendapatnya. Kemudian Sadness pada awalnya dianggap sebelah mata oleh Joy, disuruh untuk jauh-jauh dari panel dan tetap dalam lingkaran supaya panel kendali emosi tidak membiru karenanya. Nyatanya Sadness pun berguna untuk menunjukkan bahwa Riley butuh bantuan, bahwa ada yang salah dalam diri, bahwa situasi ini tidak ideal dan harus dicari jalan keluarnya. Inilah yang menarik. Ternyata semua emosi memiliki peran masing-masing dan semuanya penting. Emosi inilah yang menjadikan manusia sempurna dalam ketidaksempurnaannya.

Yang menarik lagi adalah orang tua Riley di sini adalah orang yang sadar emosi dan dapat mengungkapkan dan menunjukkannya dengan baik. Ibunya Riley berterima kasih pada Riley karena telah menjadi anak yang tetap ceria meskipun keadaan masih kacau pascapindahan. Ayahnya Riley pun meskipun sempat marah karena tersulut emosi marahnya Riley, akhirnya meminta maaf dengan baik. Meskipun Riley saat itu terlanjur sakit hati dan tidak mau berbicara dengan ayahnya, ayahnya tidak memaksa dan memilih untuk memberikan Riley waktu sendiri. Lalu di akhir cerita, ditunjukkan bahwa orang tua Riley tidak marah dengan tindakan Riley yang kabur dari rumah setelah tahu motif Riley melakukannya. Mereka justru memvalidasi perasaan Riley dengan ikut berkata bahwa Ayahnya juga rindu Minesotta. Adegan ini bisa jadi contoh ideal cara berkomunikasi dengan anak yang beranjak remaja.

PENUTUP

Akhir kata, film ini menurut saya sangat bagus untuk siapa saja, orang tua, remaja, anak-anak, bahkan untuk anak balita yang baru dikenalkan dengan berbagai macam emosi. Sekian review film kali ini. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya. Postingan ini dibuat untuk memenuhi Tantangan Mamah Gajah Ngeblog bulan Juni.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Handwriting Analysis (Analisis Tulisan Tangan/Grafologi) Bagian 2

Handwriting Analysis (Analisis Tulisan Tangan/Grafologi) Bagian 1

Senna's VBAC Story