Teh Diah Mahmudah: Penulis Buku Anger Management yang Inspiratif

Setahun lebih pandemi mengguncang dunia, menjadi ujian bagi seluruh umat manusia. Namun Allah berfirman, innama'al 'usri yusroo, bersama kesulitan ada kemudahan. Iya, kesulitan bersama-sama dengan kemudahan, dengan hikmah, dengan kenikmatan, SEPAKET. Demikian kata Teh Irianti Usman di acara Workshop Tazkiyatun Nafs tanggal 17 April 2021 kemarin. Apa itu Workshop Tazkiyatun Nafs? Mari kita skip dulu, akan dibahas kemudian.

Pandemi datang sepaket dengan berbagai hikmahnya yang berbeda bagi tiap orang. Tapi, bagi sebagian besar orang dan bagiku, pandemi memberikan kesadaran akan kesehatan mental dan memberi jeda bagi diri sendiri dari kesibukan duniawi yang tiada habisnya. Banyak praktisi yang menggaungkan kesehatan mental di masa pandemi ini, tapi aku akan membahas satu penulis perempuan yang menginspirasi tentang segala hal mengenai kesehatan mental yang tentunya sebagai Sarjana Kimia, diriku masih awam sekali. Tulisan ini juga aku buat untuk memenuhi Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bertema penulis perempuan inspiratif.

 

Penulis

Beliau adalah Teh Diah Mahmudah, seorang psikolog, psikoterapis, marital counselor, dan juga penulis beberapa buku bertema psikologi dan kesehatan mental. Beliau adalah pendiri Dandiah Care Center bersama dengan suaminya yaitu Pak Dandi Birdy. Beberapa buku yang beliau tulis berduet dengan Pak Dandi adalah Anger Management, Trilogy Positive Parenting, Anger Management for Teen, dan Antologi Trip To Forgive. Berikut adalah profil beliau.


Review Buku Anger Management

Dari sekian buku yang beliau tulis, kali ini saya akan lebih membahas buku Anger Management karena saya belum menulis review buku ini. Pertama, mari kenalan dulu dengan buku ini.


Judul Buku: Anger Management; The Life Skill
Penulis: Dandi Birdy dan Diah Mahmudah
ISBN: 978-623-7306-23-8
Editor: Mia Marianne
Penyelaras: Ophi Ziadah
Ilustrator: Kinanti Keisha MF, S. Julian Hasanah
Desain Halaman: M. Ridho
Design Cover: Yochanan Pramono
Penerbit: Zenawa Media Giditama
Tahun Terbit: 2019
Halaman: 211

BAB 1: Di Antara Banyaknya Sebab Amarah

Pada Bab 1 ini, penulis mengajak pembaca untuk menyelami dan menemukan penyebab amarah dalam diri dengan meninjau 8 masa roller coaster kehidupan, ransel emosi negatif, dan 3 dimensi waktu. Emosi akan selalu muncul sebagai respon naluriah kita terhadap suatu peristiwa dan 8 masa roller coaster kehidupan yang terdiri dari masa kehamilan, pengasuhan, pendidikan, pertemanan, pernikahan, pekerjaan, pensiun, dan kematian adalah masa-masa yang dapat mengguncang jiwa dengan emosi tak terbendung. Emosi negatif yang muncul di masa-masa tersebut jika tidak tertangani dengan baik maka akan terus menumpuk dalam ransel emosi. Ketika ransel emosi sudah penuh dan tak mampu menampung lagi, maka pemicu yang sangat sepele dapat membuat ransel emosi meledak di sembarang tempat. 

Emosi dari 3 dimensi waktu pun dapat bermanifestasi ke dalam ransel emosi. Emosi dari masa lalu yang tidak tertangani akan bertumpuk, emosi dari masa kini yang belum mendapatkan solusi akan menambah penuh ransel emosi, bahkan emosi dari kekhawatiran akan masa depan pun dapat menambah beban ransel emosi. Membaca Bab 1 ini membuatku menyadari isi ransel emosiku, berasal dari masa roller coaster kehidupan mana, dan dimensi waktu yang mana. Bab 1 ini menginspirasiku untuk lebih menyadari emosi dalam diri, menganggapnya ada dan menyayanginya, setelah sebelumnya dihempas dan dibuang dalam kegelapan karena 7 kekeliruan paradigma emosi yang berkembang di masyarakat hingga aku bahkan bertekad untuk tidak akan pernah menangis lagi sejak SD. Apa saja 7 kekeliruan paradigma tersebut?

7 Kekeliruan Paradigma Emosi 

  1. Anak laki-laki dilarang menangis. Akibatnya, banyak laki-laki tidak paham emosi, tidak peka, tidak mengerti perempuan yang butuh menangis, bahkan sampai bisa melakukan KDRT.
  2. Mengalihkan alih-alih mengalirkan. Akibatnya orang akan belajar untuk mengalihkan perasaannya, melupakannya, dan tidak menganggapnya penting.
  3. Melupakan dan berpikir bahwa time will heal. Nyatanya emosi yang dilupakan dan tidak diproses akan terus menumpuk dalam ransel emosi dan bisa meledak kapanpun.
  4. Toxic Positivity. Positivity yang disampaikan di waktu yang tidak tepat yaitu saat emosi masih memuncak justru akan membuat orang semakin frustasi dan merasa tak pantas merasakan emosi tersebut.
  5. Diam atau lawan. Anak yang diajari untuk diam saat didzolimi akan menjadi pribadi yang pasif, sedangkan jika diajari untuk lawan maka akan menjadi pribadi yang agresif.
  6. Meminta bantuan terkait kesehatan mental masih menjadi aib di negara ini. Banyak orang malu dan takut pergi meminta bantuan profesional terkait kesehatan mental karena takut disebut orang gila padahal mental yang sakit juga harus diobati sama hal seperti fisik yang sakit.
  7. Marah itu tabu, harus ditahan dan dipendam.  Akibatnya banyak orang tak mampu mengekspresikan emosinya dengan cara yang baik dan kadar yang benar. 

Bab 2: Alur Kisah Kanvas Rasa

Di Bab 2 ini pun pembaca masih diajak untuk meninjau alur kanvas rasa yang telah melahirkan beragam rasa dan emosi. Beberapa kondisi yang harus kita kenali di antaranya adalah adanya inner child, bullying, salah jurusan, adiksi/ kecanduan, pertanyaan menyudutkan yang tak ada habisnya, ibu yang kelelahan, kehadiran orang ketiga, psikosomatis, gelisah karena hutang, post-power syndrome, doa yang belum terkabul, kehilangan separuh jiwa, dan sebagainya. Kenalilah kondisi yang memberikan kita guncangan emosi lalu proseslah.

Bab 3: Nafsu Amarah Berkepanjangan

Di Bab ini, penulis memaparkan tentang amarah dari sisi agama dan psikologi. Dari sudut pandang agama, amarah adalah lingkaran setan. Laa taghdob wa lakal jannah. Janganlah marah, maka bagimu surga. Begitulah bunyi hadist tentang marah dari kartun Nussa Rarra. Tapi benarkah dalam Islam tidak boleh marah dan harus memendamnya? Untuk menjawabnya, penulis mengutip perkataan dari Hamza Yusuf dalam bukunya The Purification of The Heart, halaman 156;

Yang dimaksud Rasulullah SAW dengan ‘jangan marah’ yaitu tidak membiarkan kemarahan menguasai seseorang hingga membuatnya kehilangan kendali.
Bukan emosi marah yang dilarang dirasakan, melainkan ekspresi marah tidak terkendali hingga merusak diri sendiri maupun orang lain lah yang dilarang. Amarah yang diekspresikan dengan cara dan kadar yang tepat akan menghasilkan kemaslahatan, sedangkan amarah yang dipendam dapat mengakibatkan sabotase diri, mental blocking, motivasi pupus, prestasi menurun, mengganggu kesehatan fisik, sumbu pendek, melemahkan kognisi, dan terjadinya adiksi.

Yang aku suka dari tiap bukunya Teh Diah dan Pak Dandi adalah selalu ada ruang untuk mengalirkan rasa di beberapa babnya, seperti pada Bab 3 di buku ini pembaca diajak untuk menuliskan rasa amarah apa saja yang masih kita pendam dan siapa saja orang yang masih belum kita maafkan.

Bab 4: Dinamika Anger Management

Di Bab ini pembaca diajak memahami perbedaan tentang emosi dan reaksi emosi. Emosi memiliki sifat yang spontan, alamiah, butuh dialirkan, memiliki manfaat, seringkali tidak disadari dan bersifat subjektif. Sementara reaksi emosi memiliki sifat dapat dikendalikan, dipelajari, ditunda, mengganggu dan membantu, disadari serta dipengaruhi budaya dan pendidikan.

Di Bab ini penulis juga memperkenalkan istilah Amygdala Hijacking yang artinya adalah pembajakan amigdala. Amigdala adalah bagian kecil otak yang berada di tengah berdekatan dengan hipotalamus dan pre-frontal cortex yang berfungsi untuk mengatur respon emosional kita terhadap lingkungan. Amigdala inilah yang menentukan tindakan apa yang kita ambil saat berhadapan dengan situasi emosional. Respon emosional kita terhadap lingkungan bisa terbagi jadi 3:
  1. Fight yaitu berani menghadapi masalah secara langsung.
  2. Flight yaitu lari dari masalah.
  3. Freeze yaitu diam di tempat.
Selain itu, penulis juga mengajak kita untuk mengenali tipe ekspresi marah kita, apakah kita termasuk ke dalam anger out (mengekspresikan marah ke luar dan melampiaskan dengan agresif) atau anger in (memendam emosi)? Penulis juga mengajak kita untuk mengenali tipe kepribadian kita, apakah kita termasuk ke dalam pribadi yang pasif (memendam), agresif (meluapkan), pasif-agresif (memendam di satu tempat lalu meluapkan di tempat lain), atau asertif (mengalirkan emosi dengan kadar yang tepat dan pada saat yang tepat)?

Semua yang Allah ciptakan tiada yg sia-sia. Ya, emosi pun memiliki manfaat. Rasa takut membuat kita bertindak untuk menghindari bahaya. Rasa marah, sedih, kecewa juga membuat kita mencari solusi atas permasalahan yang kita alami. Marah hadir untuk mengajari kita kemampuan bertindak tegas, kemampuan bernegosiasi, dan kemampuan memotivasi diri. Itulah yang dikatakan penulis.

Bab 5: Intensif Lakukan SEHAT

SEHAT yang merupakan singkatan dari Self-healing Therapy ini adalah metode yang digadangkan penulis sebagai P3K kesehatan mental kita. Ketika berbagai tekanan dan ujian hidup mengendap dalam jiwa ditambah dengan tuntutan lingkungan dan masyarakat dengan toxic positivity-nya agar menjadi pribadi kuat dan tidak cengeng membuat ransel emosi di dalam diri menjadi penuh. Maka solusinya adalah belajar cara mengosongkan ransel emosi dengan konsep 4A (Aware, Accept, Allow, dan Away). 

Konsep 4A:

  1. Aware artinya memberikan kesadaran pada berbagai hal yang pernah dialami sejak dulu hingga sekarang, menyadari perasaan apa yang dirasakan, menyadari pemicu emosi marah dalam diri, menyadari efek dari emosi yang terluapkan, dan semua hal yang berkaitan dengan emosi yang pernah dan sedang kita alami. 
  2. Accept artinya menerima segala perasaan dan emosi yang bercokol dalam hati entah itu marah, duka, kecewa, sakit hati, semuanya. Tak perlu pura-pura menutupi atau menyangkal karena menyangkal hanya akan membuat emosi yang seharusnya keluar itu terus mengendap dalam hati. Namun kenyataannya hanya sedikit orang yang berani mengakui dirinya tidak baik-baik saja, dan sebagian lainnya tidak berani mengakui.
  3. Allow artinya kita memperbolehkan diri kita untuk mengekspresikan berbagai emosi seperti di tahap Accept dan mengalirkannya. Tentunya mengekspresikannya emosinya dengan cara yang benar dan di tempat yang benar seperti yang dijelaskan juga dalam bab ini beberapa teknik psikoterapi yang mencakup 5 pilar mental wellness Dandiah, yaitu:
    • Emosional (DEPTH Theraphy, Self Talk, Empty Chair, Butterfly Hug Therapy, dll)
    • Kognisi  reframing dan coaching problem solving)
    • Fisik (melakukan tapping)
    • Spiritual (memperbaiki hubungan dengan Allah; melakukan Forgiveness Therapy, Terapi Syukur, Surrender & Doa)
    • Sosial (memperbaiki hubungan dengan sesama; Forgiveness Therapy, Love Letter & Terapi Syukur)
  4. Terakhir, Away artinya kita lepaskan rasa marah itu pergi dengan berpasrah sepenuhnya pada Allah dan memaafkan orang yang dirasa menyakitkan.

Bab 6: Apakah dengan Tuntasnya Ragam Amarah, Kita Lantas Jadi Bahagia

Tiada hal yang abadi di dunia fana ini. Kesedihan dan kebahagiaan tentu akan datang silih berganti. Beragam emosi yang mewarnai perjalanan mental kita akan memberikan kita perjalanan spiritual yang membahagiakan. Namun, tidak lantas bahagia akan datang begitu saja, bahagia akan datang pada siapa yang mengusahakannya. Agar konsisten merasakan bahagia, penulis memberikan cara dengan mempraktekkan 4 hal berikut:
  • Mental Switch (Mengubah Mental Illness menjadi Mental Wellness)
  • Kekuatan Doa
  • Kekuatan Memaafkan
  • Menemukan Misi dan Kekuatan Diri (salah satunya lewat Talents Mapping)

Bab 7: Heart 'Feel-free' Life

Hidup dengan hati yang terasa ringan pastinya adalah dambaan tiap orang. Namun, untuk mencapai tahapan ini, kita perlu berlatih menjadi pribadi yang asertif. Caranya yaitu dengan meluruskan niat dan memantapkan hati, kikis mental blocking, berlatih menggunakan I-message pada lawan bicara, dan rutin membuat jurnal syukur.

Hidup di dunia memang melelahkan, tapi selama niat kita lurus mengharap ridho Allah maka setiap lelah akan menjadi lillah.

Penutup

Pada akhirnya, buku ini menginspirasiku untuk lebih menyadari emosi dalam diri, menganggapnya ada dan menyayanginya, setelah sebelumnya dihempas dan dibuang dalam kegelapan karena didikan orang-orang di sekelilingku hingga aku bahkan bertekad untuk tidak akan pernah menangis lagi sejak SD. Dan yang terpenting, buku ini mengajarkanku cara mengalirkan emosi yang baik dan aman, tidak menyakiti diri sendiri maupun orang lain. Buku ini terasa seperti Teh Diah sendiri yang hadir menemani sebagai terapis di kala butuh.

Selain Anger Management, buku Membasuh Luka Pengasuhan dari seri Trilogy Positive Parenting sudah pernah kubahas di Review Bebas: Buku Membasuh Luka Pengasuhan oleh Diah Mahmudah. Oh iya, hampir saja terlupa membahas Workshop Tazkiyatun Nafs. Jadi, selain sebagai penulis, beliau sebagai psikolog dan psikoterapis juga membuat workshop yang bernama sama seperti bukunya. Workshop ini adalah gabungan dari penjabaran isi buku dengan praktek psikoterapi sebagai media katarsis. Selain itu, beliau juga memiliki misi untuk meningkatkan kesadaran dan kesehatan mental masyarakat dengan membuat program rekrutmen Duta Kesehatan Mental Dandiah. Para calon duta kemudian akan diminta mengikuti serangkaian assesment, mengikuti workshop, juga magang untuk kemudian menjadi Duta Kesehatan Mental Dandiah. Nah, salah satu workshop yang harus diikuti calon duta adalah Workshop Tazkiyatun Nafs ini.

Karena sudah terlalu panjang, maka sepertinya sampai di sini dulu. Oh iya, apakah ada yang tertarik dengan buku Teh Diah lainnya untuk dibahas? Semoga ada kesempatan untuk membuat review buku beliau lainnya. Sampai jumpa di postingan selanjutnya! :)

Komentar

  1. Wah tampaknya teteh memang sudah suka dengan penulis ya. Bukunya bahas dr psikologi sekali. Ternyata kekuatan doa memang jadi faktor bahagia ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya teteeh alhamdulillah buku ini dan beliau sudah banyak mengubah hidup saya dibanding setahun lalu hehehe, beliau memang psikolog teeh dan buku yg beliau tulis berdasarkan ilmu dan pengalaman beliau selama menjadi psikolog :)

      Hapus
  2. Makasih reviewnya ya teh... Jadi pengen baca bukunya nih, biar bisa belajar mengalirkan emosi dengan cara yang tepat...

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama2 teteeeh, rekomended banget ini teteeh yuk bacaa, beli atau minjem ke aku juga bisa hehe bukan promosi yaa haha

      Hapus
  3. Informatif bgt ini resensinya ... nuhuun

    BalasHapus
  4. Lengkap sekali pembahasannya Nurul. Sepertinya buku penting yang perlu dibaca oleh banyak ibu-ibu yang susah menahan amarah nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini mah buku buat semua kalangan teteeh, tp khusus utk remaja ada juga sih teh bukunya yg anger management for teen hehe. nuhun teteeh udah mampiir :)

      Hapus
  5. Terimakasih Teh, lengkap banget ini resensinya. Semoga saya juga bisa mempraktekkan untuk mengalirkan emosi dengan lebih baik.

    BalasHapus
  6. Wah lengkap banget reviewnya teh. Terimakasih teh, banyak banget tips yang bisa dipraktekkan dari tulisan ini.

    BalasHapus
  7. MasyaAllah reviewnya lengkap banget Teh hatur nuhun. Jadi mau baca buku2 beliau

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Handwriting Analysis (Analisis Tulisan Tangan/Grafologi) Bagian 2

Handwriting Analysis (Analisis Tulisan Tangan/Grafologi) Bagian 1

Senna's VBAC Story