Review Bebas: Buku Membasuh Luka Pengasuhan oleh Diah Mahmudah

Buku Membasuh Luka Pengasuhan oleh Diah Mahmudah


Bismillahirrahmaanirrahiim..

Masa pandemi ini menjadi momen yang tepat bagi banyak orang untuk mulai menyadari isu-isu mental health, tidak terkecuali juga aku. Dimulai dari sadarnya bahwa ada yang salah dengan diri ini, lalu berlanjut dengan banyaknya seminar online yang mengajak untuk mengecek kesehatan mental diri sendiri, hingga akhirnya aku dipertemukan dengan Teh Diah dan Pak Dandi, sepasang psikolog fenomenal yang mengelola Dandiah Care Center, berkompetensi sebagai marital counselor juga psikoterapis.

Tanpa banyak pertimbangan, aku langsung memesan Buku Trilogy Positive Parenting yang saat itu baru saja open pre-order karena merasa punya masalah tema luka pengasuhan. Ketika baru datang, masya Allah rasanya nano-nano sekali membaca salah satu bukunya yaitu Buku Membasuh Luka Pengasuhan. Saat membacanya, saat itu pula aku merasa perjalanan mentalku akan dimulai.

Buku Membasuh Luka Pengasuhan dipersembahkan oleh Teh Diah dan Pak Dandi kepada para bunda dan calon bunda yang memiliki luka pengasuhan yang mengganggu perannya sebagai sosok penebar cinta di dalam keluarga. Dalam Bab 1, dipaparkan berbagai tema kasus yang sering terjadi dalam keluarga yang menyebabkan timbulnya luka pengasuhan. Mulai dari tema unwanted child, bullying dari rumah, sibling rivalry, helicopter parenting, parent way, broken home, hingga anak terlantar di rumah mewah membuat saya terus menganggukkan kepala dan kembali mengingat apakah tema yang dulu terjadi padaku?

Lalu dalam Bab 2 diberikan definisi mengenai luka pengasuhan dari perspektif psikologi dan dari perspektif Islam. Dalam perspektif psikologi, luka pengasuhan adalah inner child menyakitkan yang membawa kenangan buruk masa kecil. Sedangkan dari perspektif Islam, luka pengasuhan adalah luka psikologis yang dialami seseorang karena 2 kondisi:
1. Kurangnya/tidak terpenuhinya sama sekali hak anak oleh orang tuanya di masa kecil,
2. Adanya momen buruk/traumatis yang dialami anak di masa kecil yang membekas hingga sekarang.

Masuk Bab 3 mulai terasa semakin dag dig dug hati ini. Baru kali ini aku menemukan yang namanya Assessment Inner Child. Ada 60 pernyataan yang harus dijawab 'ya' atau 'tidak'. Semakin banyak 'ya' maka semakin parah luka pengasuhan yang dialami.


Saat saya isi, baru pernyataan-pernyataan awal saja kok terasa familiar, semakin ke belakang semakin familiar. Heran dan kaget ternyata deskripsi dalam pernyataan-pernyataan itu adalah gejala luka pengasuhan. Dikira memang ada kepribadian orang yang seperti itu. Awalnya sempat kaget dan khawatir dengan diri yang merasa sama dengan pernyataan di assessment tersebut. Tapi di sisi lain merasa optimis juga ternyata trait-trait tersebut bukanlah bawaan lahir dan bisa diperbaiki.

Masuk ke Bab 4 Buku Membasuh Luka Pengasuhan otomatis langsung banyak beristigfar. Dipaparkan Dampak Luka Pengasuhan di Masa Kini, terasa ngeri dan merinding aku membacanya. Mulai dari sabotase diri, terdampaknya kesehatan diri, trauma terhadap pernikahan, orientasi seksual yang menyimpang, mistrust relationship dan cemburu buta, baby blues dan post partum depression, konflik batin dengan ortu, munculnya people pleaser, high achiever, si perfeksionis, dan anak mami, sampai yang paling parah adalah luruhnya keimanan kepada Sang Maha Pencipta.

Naudzubillah tsumma naudzubillah.

Salah satu quotes di buku MLP

Salah satu konsep yang saya suka dari Teh Diah dan Pak Dandi adalah konsep Lima Pilar Mental Wellness Journey. Inilah solusi yang dikemukakan di Bab 5 Buku Membasuh Luka Pengasuhan. Konsep ini juga ada di Buku Anger Management, Ayah Tangguh, dan juga Membayar Utang Pengasuhan.


Dalam Bab 5 ini dikemukakan solusi untuk pulih dari luka pengasuhan yang mencakup lima pilar yang terdiri dari pilar emosional, intelektual, fisik, sosial, dan spiritual. Ternyata untuk sehat secara mental, tidak hanya emosionalnya saja yang harus dibenahi, tapi berbagai komponen lainnya di diri kita harus disehatkan juga. Di sini masing-masing dijelaskan 8 cara yang dapat kita lakukan untuk meraih sehat secara emosional, fisik, intelektual, sosial, dan spiritual yang masing-masing caranya dijelaskan secara rinci dalam buku.

Qadarullah, sebelumnya saya menonton ceramah UAH tentang 5 istilah baik dalam Al-Qur'an yaitu thoyyib, khoir, ma'ruf, ihsan, dan sholeh. Lalu saat membaca tentang 5 Pilar Mental Wellness Journey ini membuat saya menjadi terbayang ikhtiar yang harus saya tempuh menuju predikat sholeh/sholehah yang disebut oleh UAH itu.

Pertama, untuk menjadi thoyyib atau baik secara fisik bisa dicapai dengan ikhtiar 8 program terapi fisik dalam buku MLP ini yang beberapa di antaranya adalah dengan diet sehat, olahraga, minum air putih yang cukup, pola tidur benar, dll.

Kedua, untuk menjadi khoir atau baik secara sifat, mula-mula harus memulihkan kondisi emosional dengan ikhtiar 8 program sehat pilar emosional agar dapat melepaskan rasa nyeri dan hati kembali lembut dan penuh kasih sayang. Beberapa program terapi emosi ini di antaranya adalah dengan mengisi assesment inner child, teknik empty chair, self talk dan tapping, re-parenting with power of love, dll.

Ketiga, untuk menjadi ma'ruf atau baik secara sikap dapat dilakukan dengan 8 program terapi sosial agar terjalin silaturahmi dengan penuh empati dan peduli yaitu dengan silaturahmi dengan ortu, bonding fisik dengan ortu, the power of hug, eksplorasi kekuatan diri dan perkokoh jati diri, dll.

Keempat, untuk menjadi ihsan, atau memiliki mindset untuk melakukan semua kebaikan hanya karena Allah saja, dapat dilakukan dengan 8 program terapi kognisi/intelektual yaitu dengan teknik re-framing, switch your focus, 90/10 principles, dll.

Terakhir, untuk menjadi sholeh/sholehah yang merupakan gabungan dari thoyyib, khoir, ma'ruf, dan ihsan, selain dilakukan terapi empat pilar sebelumnya, tambah dilakukan juga terapi di pilar spiritual yaitu dengan perbaiki hubungan cinta dengan Allah, hadirkan Rosulullah di rumah, eksplorasi makna dan hikmah, hadir kajian ilmu, dll.

Bagian yang menariknya adalah susunan bagan 5 pilar ini. Pilar spiritual berada di tengah pilar yang lain yang artinya pilar spiritual ini adalah sebagai landasan sekaligus tujuan. Ya, karena menjadi sholeh/sholehah harus menjadi tujuan tiap muslim/muslimah dengan niat hanya karena Allah.

Masya Allah, ternyata untuk meraih kesehatan mental, diperlukan usaha yang menyeluruh, yang kaffah, di berbagai aspek. Terasa sekali hal ini sejalan dengan fitrah Islami seorang muslim ketika benar-benar mempelajari dan mengamalkan Islam. Meraih kesehatan mental bukanlah jalan instan, melainkan sebuah perjalanan, yang pada akhirnya akan mengantarkan kita menuju Sang Maha Cinta. Dan pada akhirnya, sehat mental berasal dari kondisi hati yang sehat. Dan hati adalah raja, jika hati kita sehat, maka sehat juga seluruh tubuh kita.

Selanjutnya dalam Bab 6, Teh Diah menarasikan peran seorang istri dan ibu sebagai Ocean of Forgiveness and Sacrifice. Narasi yang sangat indah membuat saya menitikkan air mata membayangkan diri ini berada di posisi itu, posisi diri ini kembali kepada fitrahnya.

Rasa sakit adalah anugerah dari Sang Pencipta untuk menjadikan kita, para perempuan, kuat. Entah itu sakitnya melahirkan maupun sakit yang tak berdarah dalam hati. Dan kekuatan seorang perempuan bukan pada otak dan ototnya, melainkan pada cinta dan pengorbanannya. Kekuatan maha dahsyat yang bisa menjadikan seorang perempuan begitu kuat dan mampu menjadi sosok Tender Love dan Ocean of Forgiveness and Sacrifice di keluarga. Seperti sosok Khadijah yang begitu tinggi cinta dan pengorbanannya mengabdi kepada Rasulullah dan kepada Islam. Karena pada akhirnya, hidup ini adalah sebuah romansa cinta kita dengan Sang Maha Pemberi Cinta.

Di Bab 7 juga dikisahkan beberapa perjuangan dan perjalanan para bunda membasuh luka pengasuhan demi kembalinya fitrahnya sebagai istri dan ibu. Betapa proses pemulihan itu adalah proses yang panjang dan berliku karena penyebab luka pengasuhan pun berproses dalam waktu yang panjang. Di antaranya bahkan ada yang tidak menyadari bahwa dirinya tidak baik-baik saja di terapi pertama. Blocking yang terjadi karena terlalu sering menutup rapat perasaan membuat luka itu terkubur sangat dalam tetapi merusak dirinya. Hingga akhirnya masalah itu baru disadari saat sudah benar-benar parah.

Namun, dengan tekad menjemput fitrah dan dengan pertolongan Allah, tak ada yang tak mungkin. Memaafkan masa lalu mungkin akan jadi proses seumur hidup, tapi ah betapa bahagianya merasakan diri yang perlahan berubah menjadi penuh cinta, pemaaf, penuh kasih sayang, dan BAHAGIA.

Akhir kata dari Teh Diah, dengan yakin mengatakan bahwa inner child-ku adalah sebuah anugerah. Dan dengan buku ini dan juga serangkaian program Dandiah Care Center lainnya, Teh Diah bertekad untuk menemani setiap bunda dan calon bunda menemukan anugerah itu di dalam kisah hidup bunda semua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Handwriting Analysis (Analisis Tulisan Tangan/Grafologi) Bagian 2

Handwriting Analysis (Analisis Tulisan Tangan/Grafologi) Bagian 1

Senna's VBAC Story