Seminar Kopdar Gabungan Jabodetabekcik Babywearers

Seminar kopdar gabungan Jabodetabekcik Babywearers hari Minggu, 25 Maret 2018 kemarin berbicara tentang PPD alias Post Partum Depresion atau bahasa Indonesianya adalah depresi pasca melahirkan. Dalam seminar bertema Babywearing as a Secret Weapon ini, hal paling menarik yang disebutkan adalah PPD itu rasanya seperti memakai kacamata hitam yang menjadikan kelam setiap pemandangan yang kita lihat. Segala hal dilihat sebagai sesuatu yang negatif, selalu negatif thinking, bahkan citra diri selalu dilihat negatif.
Memang PPD ini bagi orang awam akan terlihat aneh. Ibu yang mengalami PPD bagi masyarakat bisa terlihat sebagai ibu yang murung, malas, atau tidak peduli terhadap anak. Biasanya jika sudah begini akan dituding sebagai ibu yang manja, ngga kuat mental, atau bahkan kurang iman. Padahal PPD itu sangat nyata, terbukti dengan banyaknya kasus menganiayaan terhadap bayi dan balita bahkan sampai pembunuhan terhadap anak disertai dengan bunuh diri sang ibu.
Masyarakat yang menyudutkan sang ibu bisa jadi adalah salah satu penyebab munculnya PPD pada ibu. Penyebab lainnya adalah trauma masa lalu yang belum selesai, kurangnya support suami dan keluarga, memiliki anak berkebutuhan khusus, dan mengalami perjalanan yang sulit dalam mengasuh anak. Memang betul untuk mendidik satu anak butuh orang sekampung karena lingkungan yang supportive membuat warasnya sang ibu pendidik utama sang anak.

Jadi, beberapa supportive system yang bisa mencegah ibu-ibu terkena PPD adalah keluarga (terutama suami) yang supportive, diri sendiri yang bisa memanage, dan komunitas seperti Mother Hope Indonesia dan Komunitas Babywearers.
Terus kalau sudah terkena bagaimana? Pertama, akui dulu perasaan diri sendiri yang merasa tidak berdaya. Jangan semakin membenci diri sendiri yang merasa 'gila'. Kedua, sembuhkan dulu bisa dengan konsultasi ke psikolog, ke psikiater jika kasusnya berat, atau jika stress ringan bisa dengan perbanyak membaca. Ketiga, ciptakan 'bonding' dengan anak. Caranya adalah menghabiskan banyak waktu berdua saja dengan anak seperti bermain, kontak fisik, menyusui, menggendong, jalan-jalan, dsb. Di waktu awal-awal pasca melahirkan, para suami bisa berkontribusi untuk membantu pekerjaan rumah entah dengan menyediakan ART ataupun mengerjakan sendiri, supaya sang ibu bisa fokus untuk menciptakan bonding dengan anaknya.
Cara tersebut betul-betul ampuh buat saya. Kasus saya adalah mengalami persalinan secara operasi sesar sehingga masa-masa pasca melahirkan saya tidak banyak waktu bersama anak, hanya menyusui saja yang masih menjadi penyelamat bonding dengan anak. Bagi saya, melahirkan dengan cara operasi membuat saya tidak merasa berjuang melahirkannya. Bius membuat saya tidak merasakan apa-apa, tau-tau sudah ada bayi diserahkan ke saya untuk disusui. Ini masih alhamdulillah bagi saya bisa menyusuinya karena kalau sampai diberi sufor menggunakan botol sudah tidak ada lagi kesempatan untuk bertemu anak awal-awal pasca melahirkan. Tapi sampai sini saya belum merasakan bonding dengan anak. Sampai 40 hari pasca melahirkan, saya hanya bisa beraktivitas di kamar dan sekitarnya dan belum mampu menggendong sambil berdiri. Di masa-masa ini saya dibantu ibu dalam mengasuh anak tetapi sejak hari-H persalinan sampai berbulan-bulan setelahnya saya stress (mungkin tidak sampai PPD) dan menangis tiap malam karena merasa tidak berdaya sebagai ibu diawali dari gagalnya rencana melahirkan normal. Jarang pegang anak, jarang gendong anak, anak nangis saya bingung, LDR sama suami, anak nangis saya dimarahi ibu, inilah yang menjadi penyebab saya stress. Sampai akhirnya saya diajak pindah ke tempat suami dan menjalani hidup bertiga saja. Saya akhirnya punya kesempatan untuk mengurus semua kebutuhan anak saya. Kalau suami lagi kerja, saya ke mana-mana harus gendong anak, akibatnya saya menjadi kenal dengan anak dan tercipta rasa sayang ke anak. Perlahan pun stress saya berkurang.
Jadi betul-betul penting bagi ibu untuk mengurus langsung sebagian besar kebutuhan bayinya, bukan oleh orang tua ataupun baby sitter, supaya tercipta bonding dengan anak. Jangan lupa sering menggendong anak. Menggendong nggak bikin anak bau tangan atau manja karena bayi butuh ibunya dekat dengan mereka seperti dalam rahim. Akan ada saatnya mereka tidak mau lagi digendong dan kita akan merindukan masa-masa ini. Apalagi dengan gendongan yang ergonomis membuat menggendong jadi nyaman dan kuat berlama-lama. Yuk menggendong!

Komentar
Posting Komentar