Perempuan Tak Bisa Multitasking?

Banyak yang bilang kalau perempuan dianugerahi kemampuan untuk multitasking sedangkan laki-laki hanya bisa single-tasking. Pada kenyataannya, sebenarnya perempuan hanya diberikan kemampuan multitasking yang lebih tinggi dari pada laki-laki. Pada kenyataannya juga, tidak semua perempuan bisa melakukan multitasking dan tidak semua laki-laki tidak bisa melakukan multitasking.

Contohnya saya, saya baru sadar akhir-akhir ini bahwa saya adalah seorang perempuan yang tidak bisa melakukan multitasking. Contoh yang sangat nyata di antaranya adalah kalau saya sedang memikirkan sesuatu lalu saya diajak ngobrol oleh seseorang, setelahnya saya lupa apa yang sebelumnya saya pikirkan. Contoh lainnya adalah cara belajar yang dulu sering saya praktekkan yaitu membaca buku kuliah sambil mendengarkan musik klasik. Yang terjadi adalah kemampuan saya menyerap materi jadi sangat lambat karena lebih fokus pada musiknya yang padahal tidak ada liriknya.

Awalnya saya pikir saya sedang punya banyak dosa karena saya merasa sangat pelupa dan sulit menyerap pelajaran. Lalu, terjadi satu kejadian yang sudah membuat saya sadar. Ketika banyak sekali tugas yang harus saya lakukan, antara tugas kuliah, amanah, dan mengurus kebutuhan diri, saya selalu tak bisa menyelesaikan semuanya dengan tepat waktu, atau pun kalau bisa tepat waktu, sebagian dari pekerjaan tersebut hasilnya kurang memuaskan. Saya tiba-tiba teringat kata-kata seorang perempuan nomor 1 dalam hidup saya setelah mengetahui bahwa saya kehilangan HP, “Kamu itu harus tau kelemahanmu, kamu itu tidak bisa multitasking, jadi kamu harus tinggalkan yang lain-lain dan fokus pada kuliah saja.” Memang benar saat itu saya lengah dan tidak memerhatikan barang bawaan karena terfokus pada hal lain. Saya sempat merenung dan bertanya dalam hati bahwa benarkah saya ini tidak bisa multitasking?

Saat itu saya merasa sedih memikirkan bahwa saya tidak akan bisa seperti mahasiswa pada umumnya yang aktif berorganisasi tetapi prestasi akademik tetap memuaskan. Akan jadi apa saya jadinya jika kapasitas otak ini benar-benar tidak bisa melakukan multitasking? Hanya ketertinggalan yang akan menghampiri. Setelah itu, semakin banyak saya berpikir, semakin saya merasa bahwa saya memang tidak mampu untuk memikirkan banyak hal dalam satu waktu. Saya yang seharusnya bertanggung jawab pada banyak hal akhirnya melepas semuanya karena merasa sedikit tertekan dan stress. Namun hal ini malah membuat saya semakin merasa diri ini lemah karena tidak bisa melakukan apa yang sebagian besar orang lakukan. Sering sekali muncul perasaan ingin bergabung dengan orang-orang itu.

Ingin lepas dari keterpurukan, saya mencari tahu sedikit informasi mengenai kemampuan manusia dalam multitasking. Dari beberapa artikel yang saya baca, multitasking itu belum tentu hal yang positif. Pengertian multitasking yang diketahui sebagian besar orang adalah kemampuan seseorang yang bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu atau dapat memikirkan banyak hal dalam satu waktu. Dengan multitasking, dikabarkan pekerjaan lebih cepat selesai dan menghemat waktu. Sebenarnya, multitasking juga bisa disebut sebagai membagi konsentrasi pada beberapa hal sehingga tidak bisa didapatkan hasil yang maksimal pada pekerjaan yang dilakukan bersamaan. Lagipula, tidak ada yang namanya multitasking pada otak manusia, pada akhirnya otak memproses informasi satu-persatu. Multitasking yang biasa dilakukan orang-orang hanya terlihat seperti mengerjakan banyak hal dalam satu waktu seperti ketika mengerjakan tugas sambil membalas SMS, ketika membalas SMS kita berhenti mengerjakan tugas, dan sebaliknya.

Beberapa artikel di dunia maya yang berasal dari literatur terpercaya pun menyarankan untuk berhenti bekerja secara multitasking karena hanya akan menjadikan kita tidak fokus dan hasil pekerjaan kita tidak maksimal serta menimbulkan stress. Sebaliknya, kita disarankan untuk bekerja fokus agar hasil kerja kita maksimal.

Berikut adalah beberapa mitos multitasking yang diambil dari situs tabloidnova.com

1 Multitasking membuat kita bisa mengerjakan lebih banyak pekerjaan.
Bisa benar, bisa tidak. Mengerjakan satu demi satu tugas memang membutuhkan waktu lama. Namun yang harus diingat, manusia itu spesifik dan unik. Tidak setiap orang mampu melakukan pekerjaan secara multitasking. Kalaupun dipaksakan, hasilnya bisa saja malah tidak maksimal. Survei Microsoft justru menunjukkan bahwa mengerjakan satu tugas dan fokus ternyata selesai lebih cepat dibandingkan mengerjakan secara multitasking. Hasilnya pun lebih baik ketika seseorang benar-benar fokus mengerjakannya.

2 Multitasking hemat waktu.
Tidak tepat. Kembali lagi ke fungsi otak manusia, di mana otak butuh waktu beberapa detik untuk kembali ke pekerjaan sebelumnya saat ia bekerja multitasking. Manusia juga bukan komputer, ia tidak bisa memproses informasi dengan cepat. “Perlu jeda, perlu waktu untuk mengolah dan berpikir,“ lanjut Elly. Bekerja multitasking juga tak optimal meski cepat selesai. Di sebuah artikel di New York Times tahun 2007, David E. Meyer, Direktur Brain, Cognition, and Action Laboratory mengungkapkan, bisa saja terjadi banyak kesalahan. Akibatnya, pekerjaan harus dikoreksi lagi. Alhasil, total waktu yang diperlukan menjadi lebih lama.

3 Multitasking tidak merugikan siapa-siapa.
Pernyataan ini harus dicek ulang. Terkadang, bekerja multitasking juga bisa merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Contoh paling jelas adalah menyetir sambil menelepon atau membalas SMS. Meski tuntutan zaman memang tidak bisa murni singletasking, Anda tetap harus “berhitung” saat melakukan multitasking. “Kalau masih wajar dan output yang kita hasilkan masih termonitor, baik kualitas maupun kebutuhan waktunya, ya tidak masalah. Tapi, kalau dengan multitasking, pekerjaan malah terbengkalai, sebaiknya tidak usah,” lanjut Elly.

Meskipun fokus lebih baik daripada multitasking, tapi tak bisa sipungkiri bahwa tuntuntan zaman memaksa kita untuk bisa ber-multitasking. Bagaimana dengan orang yang tak bisa multitasking? Tenang, multitasking itu bisa dipelajari. Cara-cara untuk mempelajarinya sebagai berikut diambil dari http://katahatiida.blogspot.com

1 Tetapkan prioritas
2 Kita harus tahu kapan waktu terbaik kita. Ketika kita yakin otak kita sedang berada di puncak, kita bisa turn on-kan kemampuan multitasking kita, begitupun sebaliknya.
3 Mulailah belajar memilah. Mana pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi dan mana yang tidak.
4 Gunakan teknologi dengan bijak. Gunakan teknologi yang user friendly.
5 Jangan lupa istirahat

Demikianlah sekilas tentang multitasking. Multitasking itu tidak selalu berarti positif, maka lakukan multitasking sesuai dengan porsinya, kalau terlalu sering itu namanya tidak fokus. Terlalu fokus juga tidak baik karena berarti tidak waspada keadaan sekitar, belajarlah untuk bisa sedikit multitasking dengan tetap waspada lingkungan sekitar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Handwriting Analysis (Analisis Tulisan Tangan/Grafologi) Bagian 2

Handwriting Analysis (Analisis Tulisan Tangan/Grafologi) Bagian 1

Senna's VBAC Story