Senna's VBAC Story

Alhamdulillahi rabbil'alamiin

Marhaban yaa Ramadan

Alhamdulillah telah lahir anak ke-2 kami Senna Ramadan FN pada hari senin 1 Ramadan 1440 H pukul 02.59 WIB dengan berat 2.9 kg dan panjang 49 cm. Semoga menjadi anak yang soleh, qurrata a'yun, dan bermanfaat di dunia dan akhirat.

Tito & Nurul

Birth story: VBAC jarak kehamilan 16 bulan.

Berawal dari tamu bulanan yang tak kunjung datang, tapi test pack negatif. Mungkin telat karena baru sibuk kuliah. Beberapa hari kemudian periksa ke obgyn dan hasilnya memang tidak hamil. Setelah telat sebulan, saya merasa mual, kembung, dan pusing. Ditunggu sembuh sendiri 2 hari ternyata belum sembuh. Feeling langsung mengarahkan untuk test pack, ternyata positif. Saat itu perasaan saya campur aduk karena saya baru saja mulai kuliah dan menunda punya anak hingga lulus, apalagi riwayat sesar anak pertama yang jaraknya belum 2 tahun. Saya berencana punya anak lagi setelah anak pertama berumur 3 tahun supaya rencana saya untuk bisa melahirkan normal setelah sesar (Vaginal Birth After Caesarean) bisa terwujud. Namun ternyata takdir berkata lain.

Selama beberapa minggu saya belum terima kenyataan. Saya jalani saja keseharian seperti biasa sambil melupakan rasa mual. Saya pergi dan pulang kuliah hampir selalu naik ojol, saya masih makan sembarangan, seenaknya, dan terkadang skip makan, saya juga tidak perhatikan alarm tubuh yang kelelahan dan terus saja sibuk kuliah dan mengasuh anak pertama. Sampai akhirnya waktunya untuk kontrol ke obgyn dan saya lihat ada sesosok manusia kecil di layar USG akhirnya saya sadar saya harus berhenti egois.

Sebenarnya mencari-cari info tentang VBAC sudah saya lakukan sejak kelahiran anak pertama karena sudah berniat. Hanya saja rencana untuk hamilnya tidak secepat ini karena saya tahu akan sulit mencari provider yang mau membantu VBAC dengan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun setelah sesar. Setelah sadar, saya mulai serius lagi mencari info tentang VBAC, bergabung dengan grup telegram VBAC Tanya Saya, dan hunting provider yang mau membantu VBAC.

Dari hasil mencari info di internet dan grup telegram, saya ikhtiar mulai dari perbaikan pola makan dan gaya hidup. Saya menghindari makanan instan, makanan mengandung micin, pemanis buatan, pengawet, pewarna, perasa, dan makanan pedas. Saya juga mengurangi makanan dan minuman manis dan beralih ke cemilan buah-buahan dan jus buah. Karena 'you are what you eat' jadi supaya saya dan janin saya baik jadi saya hanya makan yang baik saja. Saya juga sebisa mungkin tidak malas-malasan dan cari-cari alasan supaya banyak jalan kaki, postur tubuh diusahakan selalu tegak dan ajeg tiap jalan dan duduk (biar ga keliatan lemah meskipun lagi hamil). Saya ikuti kelas yoga dan terkadang melakukan yoga mandiri. Saya ikut kelas persiapan persalinan di Harkel. Saya juga banyak merenung untuk memaafkan diri saya sendiri supaya hilang trauma dengan operasi sesar. Saya bahkan sampai ikut kelas grafologi untuk terapi meskipun prakteknya kurang istiqomah. Saya berusaha tetap banyak bergerak dalam rumah jadi saya tetap ladeni si kakak yang minta gendong, mondar mandir dari lantai 1 ke lantai 2, bahkan minta gendong naik dan turun tangga sampai beberapa hari sebelum melahirkan.

Dari grup telegram dan grup ibu hamil lainnya saya datangi dokter-dokter yang katanya pro normal atau pro VBAC bahkan sampai ke Al-Islam. Sempat sedih setelah kontrol ke dokter yang antriannya panjang dan banyak orang berhasil VBAC sama beliau ternyata belum apa-apa saya langsung divonis SC lagi saja karena jarak kehamilan belum 2 tahun. Hingga akhir trimester dua saya terus saja berganti-ganti nakes, tapi tetap belum menemukan provider dan tempat melahirkan yang betul-betul sreg. Meskipun sebetulnya saya sudah menemukan klinik dan nakes yang pro gentle birth dan pro VBAC di Bandung dan Cimahi, sayangnya orang tua tidak setuju dan lebih menyarankan melahirkan di RS saja dengan alasan jika terjadi apa-apa maka bisa cepat dilakukan tindakan operasi. Karena merasa sudah cocok dengan klinik di Cimahi, saya sempat berhenti mencari nakes. Namun, karena orang tua tetap menyarankan untuk melahirkan di RS, akhirnya saya coba kontrol ke salah satu obgyn perempuan di RS Kasih Bunda Cimahi. Beliau sebenarnya belum pernah disebut sebagai dokter yang pro VBAC atau pro normal, tapi ternyata alhamdulillah beliau mau bantu VBAC dengan berbagai syarat seperti kepala harus masuk panggul, muncul kontraksi alami, tidak ada penyulit, tidak lewat HPL, dan kalaupun lewat, janin terpantau masih sejahtera. Memang jika ingin VBAC dengan dokter di RS, hampir semua dokter memberikan syarat-syarat.

Di antara mencari info tentang VBAC, saya juga melakukan investigasi penyebab dulu saya operasi. Saya datangi lagi RS tempat saya melahirkan dulu dan meminta rekam medik dan catatan operasi ke bagian arsip. Kasus saya adalah pecah ketuban dini dengan kondisi pembukaan baru 1 longgar dan ketika dicek CTG ternyata detak jantung janin tidak bagus, akhirnya divonis gawat janin sehingga harus operasi saat itu juga. Dari rekam medik dan catatan operasi saya tahu bahwa air ketuban sudah kering saat operasi dan posisi janin saat itu adalah ROT (Right Occiput Transverse) yang mana bukan merupakan posisi janin yang optimal untuk persalinan pervaginam. Namun, tidak ada keterangan penyebab gawat janin misalnya lilitan tali pusat. Dugaan awal saya gawat janin disebabkan karena saya dilarang makan dan minum saat di RS padahal kondisinya saat itu saya sangat lapar belum sarapan dan saya hanya boleh berbaring terlentang saat CTG padahal rasanya sangat sesak dan sulit bernapas, kemungkinan juga karena saya panik. Setelah ngobrol dengan bidan di klinik yang di Cimahi dan teteh doula, kemungkinan memang itu yang jadi penyebab gawat janin, karena setelah dilahirkan secara sesar, si bayi langsung menangis kencang dan malah sempat langsung IMD tandanya janin sebenarnya baik-baik saja. Dari sana saya banyak belajar bagaimana caranya meminimalisir intervensi di rumah sakit supaya tidak berakhir di meja operasi.

Perjuangan VBAC bukan tanpa hambatan. Salah niat di awal sehingga sempat putus asa dan hampir menyerah di tengah jalan. Sedih karena orang tua tidak mendukung dengan alasan sesar ulang lebih aman daripada VBAC meskipun sudah saya edukasi pelan-pelan. Padahal saya hanya ingin usaha dan perjuangan saya didukung. Juga kesibukan kuliah dan mengasuh anak pertama yang menyita waktu membuat saya merasa ikhtiar selalu kurang. Akhirnya hanya berdamai dengan diri sendiri yang bisa dilakukan. Niat saya perbaiki lagi jangan sampai ada kesombongan di dalamnya. Saya pasrahkan hasil akhirnya jika harus sesar lagi maka pasti semua adalah yang terbaik dari Allah dan yang penting saya sudah berusaha. Saya juga tidak lagi memaksakan keinginan pada orang lain dan lebih memaklumi orang tua yang hanya ingin keselamatan anaknya. Sudah alhamdulillah ada suami yang selalu mendukung penuh saya sejak awal. Suami bahkan selalu kooperatif jika saya ajak diskusi sampai ikut kelas persiapan persalinan. Saya mohonkan pada Allah niat saya VBAC yang sebenar-benarnya. Jika Allah percayakan saya mampu melalui sakit kedua terbesar setelah kematian, saya akan percaya diri bahwa saya mampu melewati tantangan sulit lainnya dalam hidup dan berumah tangga. Saya ingin merasakan persalinan yang nyaman dan minim trauma agar saya mampu menjalani hari-hari yang berat sebagai ibu dengan bahagia karena pengalaman persalinan yang menyenangkan.

Di minggu ke 33 usia kehamilan, setelah diskusi dengan suami, saya akhirnya memutuskan untuk menyewa jasa doula sebagai support tambahan jika saya dan suami sudah mati gaya dan juga sebagai penenang ibu saya yang panikan. Alasan lainnya adalah supaya Allah tahu bahwa saya sangat serius beriktiar untuk berhasil VBAC. Alhamdulillah dipertemukan dengan Teh Agustina. Baru sempat diskusi birth plan di UK 36-37 minggu langsung dikasih banyak PR terutama jalan cepat 3 jam sehari dan cat cow pose 30 kali sehari supaya posisi janin optimal dan persalinan lancar. Kata beliau harusnya memutuskan menyewa doula itu dari awal sekali, sekarang sebenarnya termasuk terlambat. Pertemuan selanjutnya dijadwalkan untuk berkenalan antara teteh doula dengan dokter yang akan membantu persalinan. Namun, qadarullahnya teteh doula bertemu dengan dokter langsung di ruang bersalin, tidak sempat bertemu di ruang praktek.

Sejak trimester kedua, setelah kontrol ke obgyn di RS Al-Islam, untuk upaya berhasil VBAC saya disuruh minum air pH 8 2,8 liter sehari, tapi saya hanya kuat maksimal 2 liter sehari. Akhirnya saya konsumsi tiap hari sampai melahirkan. Sejak UK 35 minggu sebenarnya saya sudah sering merasakan kontraksi palsu yang saya sambut dengan bahagia karena bisa melatih rahim saya yang pernah disayat untuk kuat menahan kontraksi. Mulai UK 36 minggu saya mulai makan 7 butir kurma sehari dan nanas sebagai induksi alami juga mengerjakan PR dari teteh doula yaitu cat cow pose 30 kali sehari dan jalan cepat meskipun hanya mampu sejam sehari karena SPD (Simphisis Pubis Dysfunction) yang saya alami sejak awal trimester 3. Mulai UK 36 minggu, kontrol juga sudah dijadwalkan seminggu sekali, tapi di minggu ke 37 saya skip kontrol karena lupa daftar online, akhirnya terlewat, lagipula saya malas harus kontrol sendiri sedangkan suami tidak bisa cuti waktu itu. Saya pikir tak apalah skip sekali kontrol, akhirnya saya berencana kontrol minggu depannya lagi di minggu ke 38 hari Senin bersama dengan suami dan teteh doula.

Sabtu (4 Mei 2019, UK 37w5d) pagi sempat induksi alami bersama suami dilanjut jalan cepat 1 jam keliling komplek lalu setelahnya makan kurma dan nanas dingin sambil bersantai. Siangnya muncul lendir darah samar. Langsung senang dan deg-degan sudah ada satu tanda persalinan. Perkiraan sebelum seminggu dede bayi sudah lahir. Setelah lendir darah ternyata kontraksi masih palsu dengan frekuensi masih seperti sebelumnya. Akhirnya saya beraktivitas seperti biasa sambil melanjutkan PR cat cow pose dan sesekali main gymball.

Minggu (5 Mei 2019, UK 37w6d) pagi kembali induksi alami bersama suami. Bosan dengan jalan cepat di komplek, saya, suami, dan si kakak memutuskan jalan-jalan ke Brigif. Pulang dari Brigif terasa kontraksi yang berbeda dari sebelumnya. Yang biasanya hanya keras-keras perutnya, sekarang sudah ada sakitnya di bagian rahim bawah seperti sakit haid. Masih induksi alami dengan makan kurma dan nanas. Sore harinya, muncul kontraksi yang sama dengan frekuensi lebih intens tapi masih 10 menit sekali. Menjelang magrib kontraksi lebih intens menjadi 5 menit sekali dan rasanya lebih sakit dari sebelumnya. Karena kontraksi mulai terasa tidak nyaman, selama kontraksi saya praktekkan gerakan open hip yang diajarkan teteh doula, dan ketika jeda kontraksi saya main gymball. Saat ini rasanya sudah tidak selera makan, padahal sudah pesan bakmi online yang akhirnya hanya dimakan sedikit.

Habis isya sudah ditawari mamah untuk berangkat ke rumah sakit, tapi saya bilang sepertinya belum, besok saja. Tapi ketika kontraksi terasa lebih sakit, saya berpikir apa sekarang saja ya? Saya tanya ke teteh doula apa perlu ke RS sekarang. Beliau bilang coba saja dulu cek bukaan ke bidan terdekat. Jam 9 malam akhirnya saya dan suami ke bidan terdekat yang ternyata tutup sampai akhirnya harus ke bidan yang cukup jauh sambil sesekali menikmati kontraksi di atas motor yang ternyata sangat tidak nyaman. Di bidan dicek dalam ternyata masih pembukaan 1 mau ke 2. Wahh, ternyata segini masih bukaan 1. Ambang sakit langsung naik karena mindset langsung berubah kalau sakit bukaan 1 ini masih belum seberapa. Pulang dari bidan akhirnya saya bawa tidur, siap-siap simpan energi kalau betul ternyata melahirkan besok. Meskipun saya sudah ngantuk, ternyata dibawa tidur rasanya kontraksi semakin tidak nyaman karena di saat saya sudah mau lelap di saat itulah kontraksi datang sehingga saya jadi terbangun lagi terbangun lagi. Karena tidak bisa tidur, saya sempatkan makan kurma dan minum madu. Kontraksi datang semakin sakit dari yang awalnya bisa dihandel dengan napas saja sampai harus dikompres hangat di panggul, diusap-usap, dan direbozo. Sempat bilang ke suami untuk berangkat ke RS sekarang saja, rasanya sudah sakit banget. Kata suami besok saja. Ternyata ketika pipis, muncul lendir darah yang lebih pekat dan banyak. Saya lapor suami mungkin ini bukaannya sudah nambah dan saya minta sekarang saja ke RSnya. Jam setengah 2 malam akhirnya berangkat ke RS setelah sebelumnya mengabari teteh doula.

Jam 2 kurang sampai di RS, saya langsung masuk IGD sambil tetap menikmati kontraksi sambil napas ditambah dzikir karena rasanya sudah Masya Allah. Dicek bukaan ternyata sudah bukaan 4 mau ke 5. Suami langsung disuruh urus administrasi untuk rawat inap. Dulu waktu membuat birth plan sudah berencana mau jalan-jalan di RS, main gymball, makan dan minum selama menunggu bukaan. Realisasinya ternyata hanya bisa tiduran hadap kiri sambil buka panggul dan diusap-usap sama teteh doula karena sudah tidak kuat ngapa-ngapain. Makan dan minum pun disempat-sempatkan di sela-sela kontraksi yang sangat rapat. Makin lama kontraksi makin sakit sampai sudah tidak mampu atur napas sendiri, teteh doula selalu mengingatkan untuk tarik napas dalam perlahan dan keluarkan perlahan dan tetap senyum. Tiap kontraksi diingatkan juga supaya tangan tetap rileks dan tidak mengepal. Sedang nikmat-nikmatnya kontraksi, suster mau pasang infus, tapi saya menolak, saya bilang kata dokternya boleh kok tidak pasang infus, dan saya disuruh tanda tangan surat penolakan hahaha. Akhirnya saya bilang ya tidak apa-apa pasang jarumnya saja kan tidak usah infusnya. Suster yang mau pasang jarum pun diingatkan teteh doula supaya pasangnya jangan pas ketika kontraksi. Alhamdulillah merasa terbantu sekali dengan adanya teteh doula.

Setelah beberapa saat, tiba-tiba saya merasakan ketuban pecah dan saya langsung dibawa ke ruang bersalin dari IGD. Sampai di ruang bersalin dicek sudah bukaan 8 dan sudah keluar banyak darah kata mamah. Mulai dari sini atur napas sudah tidak bisa menahan rasa kontraksi. Ketika kontraksi datang, langsung terasa dorongan ingin mengejan yang sangat kuat sampai berkali-kali saya mencoba atur napas ternyata saya malah teriak sambil mengejan. Saat itu saya terus diingatkan untuk napas dan tidak teriak oleh teteh doula bahkan oleh bidan yang menangani. Tapi tiap kali kontraksi datang, saya tetap saja sulit mengatur napas dan berkali-kali teriak sambil mengejan. Sampai akhirnya sudah bukaan 10 saya baru diijinkan mengejan dengan posisi berbaring (litotomi) karena saya tidak kuat berpindah posisi lagi. Saya tidak menghitung berapa kali saya mengejan karena saya fokus mencoba teknik mengejan yang benar berdasarkan arahan bidan. Suami melihat sendiri proses bayi itu keluar dari jalan lahir. Dan ketika sudah keluar, rasanya sangat plong. Alhamdulillah tidak butuh waktu lama ketika mengejan. Dokter datang sesaat setelah bayi lahir. Sambil menunggu dokter bersiap, sebenarnya sudah terjadi penundaan pemotongan tali pusat. Dilanjutkan dengan suami yang langsung menawarkan diri untuk memotong tali pusat dan alhamdulillah diijinkan. Tidak berapa lama, plasenta lahir. Selanjutnya dokter melakukan penjahitan yang ternyata sobek di atas dan bawah entah karena posisi pantat yang terangkat saat mengejan atau karena mengejan sebelum waktunya atau karena keduanya.

Sambil dokter menjahit, bayi diletakkan di dada untuk dilakukan IMD. Pengalaman yang luar biasa. Ada perasaan haru melihat bayi kecil berada dalam dekapan saya. Kali ini saya merasakan bonding yang lebih dengan bayi saya karena saya merasakan sendiri perjuangan untuk mengeluarkannya. Suami ikut terharu dan memuji saya. Eyang si bayi bahkan terharu sampai menangis. Kehamilan dan persalinan kedua ini menjadi perjalanan spiritual yang memberikan banyak pelajaran bagi saya tentang bagaimana seharusnya manusia itu hidup di dunia dan tentang bagaimana seharusnya gaya hidup dan pola makan yang baik. Keberhasilan VBAC ini juga tidak lain hanyalah karena kemurahan hati dari Allah SWT yang memudahkan dan mempersingkat seluruh prosesnya. Laa haula wa laa quwwata illa billah. Sekarang saya yakin bahwa tiap perempuan Allah ciptakan sempurna untuk bisa melakukan tugasnya mengandung dan melahirkan dengan memberdayakan dirinya dan memperkuat naluriahnya. Hamil bukanlah penyakit dan sakit melahirkan adalah sakit yang baik, sakit yang akan mempertemukan seorang ibu dan bayi yang dikandungnya.

Komentar

  1. Mba saya juga ingin jd pejuang vbac, bisa minta rekomendasi nya mba

    BalasHapus
  2. Mba lahiran di rs mana dan dokter siapa ya?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Handwriting Analysis (Analisis Tulisan Tangan/Grafologi) Bagian 2

Handwriting Analysis (Analisis Tulisan Tangan/Grafologi) Bagian 1