Tak Bisa Memberi Makan Ego

Si Kakak, di umur hampir 3 tahun ini sudah keliatan makin mirip ibunya. Terutama sifatnya. Memang sekarang sedang umurnya mengekspresikan ke-ego-annya. Tapi dia lebih, ya lebih keras kepala dan tidak mau diatur, harus semuanya sekehendak dia sendiri. Dia juga mulai terlihat senang memerintah, mengatur, dan memanipulasi orang lain. Di sisi lain, hatinya sangat sensitif sehingga tidak bisa mendengar omelan nada tinggi. Ya, dia memang mirip saya.

Dulu sebelum menikah, saya sempat berpikir bagaimana ya nanti kalau saya punya anak yang sifatnya sangat mirip dengan saya. Akhirnya saya banyak membaca dan bertekad akan memberikan pada anak saya apa yang tidak saya dapatkan dulu dari orang tua saya.

Melihat kelakuannya terkadang membuat saya sebal, sebal dengan diri saya sendiri betapa dulu saya sangat merepotkan. Tapi membiarkan dia melepaskan emosinya, membiarkan dia mencoba hal-hal yang penasaran ingin dilakukannya, membiarkan dia melakukan hal-hal besar sendiri, membiarkan dia memiliki kendali atas dirinya sendiri, menerima perasaannya di saat sulit beradaptasi, harus berkali-kali menggendong dan memeluknya di tempat baru baginya, adalah saat-saat sentimental bagi saya.

Saya, yang bawaannya juga adalah orang yang senang mengatur tapi tidak suka diatur, harus menerima selalu diatur oleh orang tua dan tidak punya kewenangan atas diri sendiri saat kecil dan sekarang harus mengubur ego saya dalam-dalam untuk memerintah anak dan malah harus mengikuti kemauan anak demi masa kecilnya agar bahagia. Sentimental karena betapa berat rasanya membuat ego harus berpuasa sekaligus terharu saya bisa memberikan apa yang dulu saya inginkan pada anak saya. Namun, istigfar terkadang terucap saat ada masa di mana saya kelepasan dan otomatis mengulang pengasuhan masa lalu.

Berat ya Allah, berat sekali didikan-Mu. Namun terima kasih ya Allah, saya jadi ikhlas atas masa lalu saya, saya tahu semua itu berat bagi orang tua saya. Sekarang saya sudah dewasa, seharusnya saya menjadi sahabat di masa-masa sulit mereka. Terima kasih ya Allah, Engkau beri saya keadaan di mana saya tak bisa memberi makan ego saya. Tanpa ego, saya lebih ikhlas dan hidup terasa sangaat ringan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Handwriting Analysis (Analisis Tulisan Tangan/Grafologi) Bagian 2

Handwriting Analysis (Analisis Tulisan Tangan/Grafologi) Bagian 1

Teh Diah Mahmudah: Penulis Buku Anger Management yang Inspiratif