KAZOKU GAME (FAMILY'S GAME) DORAMA REVIEW

Source: http://wiki.d-addicts.com/Kazoku_Game 
SUMMARY: Kazushige Numata dan Kayoko, istrinya, memiliki 2 orang putra. Putra pertamanya, Shinichi, belajar dengan baik, tetapi tidak dengan putra keduanya, Shigeyuki. Kazushige dan Kayoko khawatir dengan Shigeyuki yang mungkin akan tidak lolos masuk SMA. Buruknya lagi, Shigeyuki mengurung diri di rumah dan tak mau pergi ke sekolah.

Kazushige dan Kayoko menemukan iklan tutor privat di internet. Mereka menghubungi kemudian menemui Yoshimoto (Sakurai Sho), tutor privat tersebut. Sang ayah menuntut agar Shigeyuki kembali ke sekolah dalam waktu 1 minggu atau Yoshimoto akan dipecat. Sementara itu, Yoshimoto menuntut agar kedua orang tua Shigeyuki tidak ikut campur tangan dalam metodanya. Metode mengajar Yoshimoto yang luar biasa kemudian mengubah tidak hanya Shigeyuki, tetapi juga seluruh anggota keluarganya.

Setelah membaca sinopsis drama yang dibintangi oleh Sakurai Sho dan Kamiki Ryunosuke ini, ekspektasi yang muncul adalah sebuah cerita tentang guru yang memiliki metoda mengajar yang luar biasa sehingga siapapun murid yang dididiknya akan berhasil. Apalagi setelah membaca kalimat terakhir di sinopsis yang diambil dari website doramax264.com tersebut. Yang terbayang di kepala adalah cerita-cerita penuh hikmah dan pesan moral dalam kehidupan pendidikan. Sayangnya, aku tidak sempat melihat genre dorama tersebut sehingga setelah menonton 4 episode awal, aku menjadi tidak sabar karena tidak menemukan apa yang ditunggu-tunggu.

Pada awalnya aku senang menemukan dorama ini karena terdapat aktor yang kukenal dan kupikir hawa ceritanya akan bertolak belakang dengan film-film dan dorama yang dibintangi Tatsuya Fujiwara yang kutonton beberapa waktu lalu. Menetralkan pikiran tujuannya. Alih-alih damai dan indah, hawa dorama ini tidak beda dengan Death Note, Battle Royale, dan Kaiji. Dan setelah melihat genrenya, ah ternyata tidak hanya Family dan School, tapi ternyata juga Mystery dan Psychological. Rasanya terjebak.

Pada episode-episode awal, sungguh rasanya dorama ini tidak nyaman untuk ditonton, sebabnya adalah banyaknya adegan-adegan yang terlalu menyakitkan perasaan dan mental untuk dilihat. Bahkan hingga 1 episode sebelum terakhir pun, aku masih bertanya-tanya apakah akhir ceritanya akan menjadi happy ending?

Kazoku Game bercerita tentang “tipikal” sebuah keluarga di Jepang. Dari luar, keluarga Numata terlihat bahagia dan harmonis. Sang ayah, Kazushige, adalah seorang manager HRD di perusahaan besar dan terkemuka. Sang ibu, Kayoko, adalah seorang ibu rumah tangga yang cantik, pandai memasak dan mengurus rumah. Anak pertama, Shinichi, adalah seorang siswa SMA negeri favorit dengan prestasi akademik dan olahraga yang cemerlang. Hanya anak kedua, Shigeyuki, yang menjadi masalah karena enggan pergi ke sekolah.

Rumah yang besar, mobil, ayah yang mapan, ibu yang cantik dan berbakat memasak, anak yang berprestasi luar biasa, masyarakat melihat sebuah keluarga yang demikianlah yang ideal. Nyatanya, di balik itu semua, tersimpan kebenaran kejam yang tidak disangka-sangka.

Shigeyuki, anak kedua keluarga Numata, yang akhirnya mengurung diri di rumah, tak mau keluar kamar, dan hanya bermain video game di kamarnya, semua itu karena ia di-bully di sekolahnya. Ia juga tak memiliki teman yang dapat dipercaya, Satu orang yang pernah menjadi temannya karena menyelamatkannya dari bully-an pada akhirnya berpaling karena tidak ingin ikut menjadi target bully-an. Parahnya lagi, anggota keluarganya tidak ada yang peduli tentang itu, ayah dan ibunya pun bahkan baru tahu setelah beberapa lama. Yang dilakukan kedua orang tuanya hanya berpikir bahwa anak mereka bermasalah dan ia harus kembali ke sekolah tanpa mencari tahu sebabnya ia enggan pergi ke sekolah. Kedua orang tuanya hanya memikirkan reputasi mereka dan berpikir betapa malunya mereka kalau anaknya bertingkah seperti demikian. Shigeyuki adalah anak yang tumbuh dengan penyakit inferioritas akibat orang tuanya yang selalu membanding-bandingkan dirinya dengan kakaknya yang berbakat dan berprestasi. Rasa minder dan tidak percaya diri lah yang membuatnya tidak memiliki teman dan menjadi target bully-an.

Shinichi, anak pertama keluarga Numata, adalah potret seorang siswa SMA yang ideal, murid teladan julukannya. Namun, di balik kecerdasan dan prestasi yang luar biasa itu, ia adalah bom yang dapat meledak kapan saja. Shinichi tidak merasa bahwa kedua orang tuanya menyayanginya. Ayahnya hanya senang berbangga-bangga dengan prestasinya. Tiap kali waktu makan bersama, yang ayahnya tanyakan selalu saja mengenai belajar dan peringkatnya di sekolah. Menjadi siswa teladan menjadi penuh tekanan baginya hingga akhirnya mengutil dan mengempeskan ban sepeda orang lain menjadi pelepasan stressnya. Meskipun ia adalah orang yang pertama tahu apa yang menimpa adiknya, ia tidak peduli dan tidak berusaha untuk membujuk adiknya pergi ke sekolah. Dituntut untuk berprestasi membuatnya mengutamakan belajar dan nilai dibanding peduli pada keluarga.

Kayoko, sang ibu di keluarga Numata, adalah seorang ibu rumah tangga yang mengasuh sendiri kedua anaknya sedari kecil. Namun, ketika anak-anaknya beranjak remaja, sang ibu tak memiliki keberanian dan otoritas untuk mendisiplinkan anaknya hingga akhirnya ia diperlakukan seperti pembantu oleh anak-anaknya sendiri sehingga ia hanya melakukan apapun yang anak-anaknya sukai. Lambat laun ia menjadi depresi dan merasa tidak mengenal lagi anak-anaknya sendiri. Tiap hari hanya rutinitas yang ia kerjakan, memasak sarapan untuk suami dan anak-anak, menyiapkan makan malam dan air hangat untuk suaminya ketika pulang kerja, di waktu luang hanya menonton TV atau browsing internet. Ia merasa terasing di rumahnya sendiri. Ditambah dengan ibu-ibu tetangga yang selalu kepo ingin mencari kejelekan di keluarga Numata membuatnya bersusah payah menutupi. Suami yang sibuk bekerja tak dapat menyediakan dukungan emosional untuknya. Sedangkan orang tuanya sudah memutus hubungan dengannya karena ia menolak permintaan ayahnya untuk bercerai dengan suaminya yang pernah mengkhianati kepercayaan ayahnya ketika menjadi bawahannya.

Kazushige, sang ayah di keluarga Numata, bekerja dari pagi hingga malam memenuhi tuntutan perusahaan hingga ia tak sempat lagi memikirkan keadaan anggota keluarganya karena saking lelahnya bekerja. Ketika di rumah, ia hanya ingin dilayani dan memastikan prestasi anaknya di sekolah tetap berada di posisi teratas agar kelak ia bisa masuk Todai. Hingga akhirnya terjadi masalah pada Shigeyuki sehingga dengan terpaksa ia mencari guru privat untuk dapat membuatnya kembali sekolah.

Yoshimoto Koya adalah seorang guru privat handal yang memiliki reputasi meloloskan semua anak didiknya ke Todai. Ia dipekerjakan oleh Kazushige setelah berkali-kali guru-guru privat lain menyerah menangani anak keduanya. Tidak semua anak ia terima menjadi siswa, tetapi setelah wawancara dengan seluruh anggota keluarga Numata, ia nyatakan bahwa Shigeyuki pantas mendapat didikannya. Yoshimoto mendidik siswanya dengan metode yang sama sekali berbeda dan ia memberikan syarat pada orang tua siswa untuk tidak ikut campur dalam metodenya. Setelah diketahui, ternyata Yoshimoto bukanlah guru privat biasa yang tujuannya hanya memperbaiki akademis siswanya, tetapi ia memiliki misi untuk memperbaiki keluarga yang tanpa disadari membentuk anak-anak seperti Shigeyuki dan Shinichi.


To Be Continued...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Handwriting Analysis (Analisis Tulisan Tangan/Grafologi) Bagian 2

Handwriting Analysis (Analisis Tulisan Tangan/Grafologi) Bagian 1

Senna's VBAC Story