Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2012

Tentang Sebuah Organisasi

Gambar
Baru kumengerti lebih jauh tentang FIKA. FIKA bukanlah organisasi formal yang menjalankan AD-ART dengan ketat, bukan pula hanya komunitas tempat orang berkumpul seperti biasa orang lakukan. FIKA adalah organisasi semi-formal. FIKA memiliki proker yang harus dijalankan namun ada satu hal yang harus selalu dijunjung tinggi, KEKELUARGAAN. FIKA bukanlah organisasi, FIKA adalah KELUARGA. “Tak apalah FIKA bubar. Asalkan orang-orangnya tetap datang saat ada acara silaturahim, tak apalah FIKA tak ada. Tujuan FIKA didirikan bukan untuk menjalankan proker, tapi untuk memiliki keluarga. Di jaman sekarang ini, sulit untuk memiliki orang-orang yang bisa kita percaya. FIKA ini ada untuk apa? FIKA ada untuk tempat berbagi, sebagai rumah kedua, di dalamnya ada orang-orang yang bisa kita percaya. Manfaat adanya FIKA ini bukan untuk sekarang, tapi untuk 10-20 tahun ke depan, bukan sekarang.”   - Akim “Ada yang mengatakan, untuk mengobati hati yang gundah salah satunya adalah dengan berkumpul d

Tentang Mahasiswa ITB

Seorang dosen kimia fisik yang mengajar kelasku hari ini berkata bahwa ada pengamat dari perancis datang ke ITB dan mengamati kinerja mahasiswa dan dosen di sini. Setelah lama berkeliling dan mengamati, akhirnya dia membuat kesimpulan bahwa ITB adalah kampus yang sangat aktif mengadakan kegiatan, seluruh massa kampusnya mulai dari mahasiswa maupun dari dosennya sangat aktif. Hal tersebut dinilai baik oleh pengamat tersebut. Namun, melihat aktifnya kampus ITB itu, pengamat tersebut berkata, "Dosen dan mahasiswa ITB sangat aktif sampai-sampai tidak ada waktu untuk berpikir dan mengerjakan riset!" Riset! Itulah yang menjadi permasalahan kampus ITB sekarang ini. Semua mahasiswa dan dosennya berlomba-lomba membuat acara dan tak ada waktu bagi mereka untuk sekedar duduk diam dan berpikir. Universitas-universitas lain di Indonesia membuat banyak riset dan paper sementara di ITB, papernya dapat dihitung jari. Jumlah mahasiswa yang mengirimkan proposal untuk turut serta dalam

Tentang Sebuah Komunitas

Baru kali ini aku merasa nyaman berada seorang diri dalam suatu komunitas. Aku nyaman tidak terlibat dengan orang di dalamnya. Aku nyaman dianggap tak ada padahal mereka melihatku. Itu semua karena aku sedang berada dalam komunitas berisi orang-orang yang melampaui batas. Tak ada rasa ingin berbaur sedikitpun. Aku tak ingin menjadi bagian dari mereka. Mereka brutal. Mereka tak menerapkan kontrol diri dalam perilaku mereka, seakan mereka bebas sebebas-bebasnya di dalamnya. Mereka mempertunjukkan kegilaan dan kegemaran mereka terhadap sesuatu yang tabu, sesuatu yang semakin lama disukai semakin menghancurkan moral. Di dalamnya tak ada batasan norma-norma yang biasa berlaku dalam masyarakat, seakan mereka telah membentuk masyarakat jahiliyah. Muslim dan non-muslim, laki-laki dan perempuan berinteraksi layaknya tak ada Tuhan yang melihat mereka, setan menguasai mereka. Laki-laki berubah menjadi perempuan, perempuan sengaja mengubah dirinya menjadi laki-laki. Mereka mengakui tak ada p