Layakkah Kita Dicintai?
Bertanyalah kita. Hari ini. Sejenak saja. Kepada diri sendiri. Tentang sebuah lambang keberartian dan makna hidup yang sangat mendalam: kelayakan untuk dicintai. Maka, layakkah kita dicintai? Ya, layak dicintai adalah lambang keberartian. Sebab cinta tak dipersembahkan untuk padang jiwa yang hampa. Tidak juga untuk karya-karya yang tak bermakna. Hanya bila kita berguna, maka kita layak dicintai. Hidup tak akan memberi ruang untuk orang-orang yang kikir atau degil, yang hanya bisa merusak dan tak pernah bisa membangun. Yang hanya pandai menghianati, menyakiti, dan tak pernah berdaya untuk merajut kembali. Yang hatinya beku dan tak pernah mampu mengilhami. Hanya bila kita berarti, maka kita layak dicintai. Kelayakan dicintai adalah definisi dari sebuah kapasitas diri. Kapasitas yang diukur dari sejauh mana kita memiliki harga. Dalam wujud amal nyata dan peran-peran yang berbukti. Bukan status, apalagi sekedar hiasan performa dan gincu-gincu kepalsuan. Nilai umum dari